Setelah memastikan jalan napas (airway) pasien paten, langkah krusial berikutnya dalam penanganan gawat darurat adalah manajemen pernapasan (breathing management). Kemampuan pasien untuk bernapas secara efektif dan mendapatkan oksigen yang cukup adalah fundamental. Penilaian yang cepat dan intervensi yang tepat pada fase ini dapat secara signifikan memengaruhi hasil akhir pasien.
Evaluasi pernapasan dimulai dengan mengamati frekuensi, irama, dan kedalaman napas. Apakah napas pasien terlalu cepat (takipnea) atau terlalu lambat (bradypnea)? Apakah iramanya teratur atau tidak teratur (misalnya, Cheyne-Stokes atau Biot’s breathing)? Dan seberapa dalam napas yang diambil—apakah dangkal atau cukup dalam? Selain itu, perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas lain seperti penggunaan otot bantu napas, retraksi dinding dada, atau suara napas abnormal (mengi, crackles). Perubahan warna kulit, terutama kebiruan pada bibir atau ujung jari (sianosis), adalah indikator penting bahwa oksigenasi adekuat tidak tercapai.
Jika pernapasan pasien tidak efektif atau tidak ada sama sekali, intervensi segera diperlukan. Salah satu alat bantu napas yang paling umum dan vital adalah bag-valve-mask (BVM), sering juga disebut Ambu bag. Alat ini memungkinkan petugas medis untuk memberikan napas buatan secara manual kepada pasien dengan memberikan tekanan positif ke paru-paru. Penggunaan BVM memerlukan teknik yang benar untuk memastikan volume udara yang tepat masuk dan mencegah inflasi lambung. Ketersediaan BVM dan oksigen adalah suatu keharusan dalam setiap situasi gawat darurat.
Pada kasus yang lebih parah atau jika kondisi pasien memburuk dan memerlukan dukungan pernapasan jangka panjang, pemasangan ventilator mekanik mungkin diperlukan. Ventilator adalah mesin yang mengambil alih atau membantu fungsi pernapasan pasien sepenuhnya, memastikan pertukaran gas yang optimal. Penggunaan ventilator membutuhkan keahlian khusus dan pemantauan ketat oleh tim medis.
Selain alat bantu napas, memastikan oksigenasi adekuat adalah tujuan utama. Pemberian oksigen tambahan melalui kanula nasal, masker sederhana, atau masker non-rebreather seringkali diperlukan untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien. Pemantauan saturasi oksigen menggunakan pulsoksimeter adalah cara cepat untuk menilai keberhasilan intervensi pernapasan.
Secara keseluruhan, manajemen pernapasan yang efektif adalah langkah vital kedua setelah pembebasan jalan napas. Dengan penilaian yang cermat dan intervensi yang tepat, petugas medis dapat menjaga fungsi vital pasien dan meningkatkan peluang mereka untuk pemulihan yang optimal.